Sabtu, 18 Januari 2014

MAKALAH TENTANG PERKEMBANGAN MORAL DAN AGAMA PADA REMAJA



MAKALAH TENTANG PERKEMBANGAN MORAL DAN AGAMA PADA REMAJA
Diajukan untuk presentasi perkembangan dan bimbingan peserta didik


Disusun oleh :
Fahru Rozi A
Anisa Asyfah




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN ISLAM GARUT 2013







 KATA PENGANTAR
Syukur Alkhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT, Sholawat dan assalam kepada Rasullah Nabi Muhammad SAW. kami bersyukur atas rahmat, berkah dan karunia Allah SWT sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Perkembangan Moral dan Agama Pada Remaja Makalah  ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan dan bimbingan peserta didik. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca serta menambah wawasan dan pengetahuan pembaca .
Dalam penulisan makalah ini tida sedikit hambatan yang dialami kami, namun berkat usaha, tekat dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Rasa hormat dan terima kasih yang setulusnya saya sampaikan kepada Bapak Afip firmansyah. M.pd   selaku dosen pengampu mata kuliah perkembangan dan bimbingn peserta didik,  atas segala bimbingan dan arahan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
kami menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan, sehingga kelompok kami mohon memohon maaf yang sebesar besarnya.



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah .................................................................................
B.     Rumusan masalah...........................................................................................
PEMBAHASAN
1)      Perkembangan moral remaja..........................................................................
2)      Perkembangan keagamaan remaja..................................................................
KESIMPULAN
DAFTER PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapam social tanpa terus dibimbing,diawasi didororng dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah "Perkembangan Moral dan Keagamaan Remaja" dapat dirumuskan sebagai berikut:
1). Bagaimana perkembangan moral remaja?
2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
3). Bagaimana pula perkembangan keagamaan remaja?





BAB II
PEMBAHASAN
A.   Perkembangan Moral Remaja
Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
     1. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
     2. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.
Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu:
       1). Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
       2). Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominant.
       3). Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode social dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
       4). Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
       5). Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.

Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moral moralitas pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja.tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang di internalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1).   Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
       2).   Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3).   Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Perkembangan moral adalah salah satu topic tertua yang menarik minat mereka yang ingin tahu mengenai sifat dasar manusia. Kini kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat mengenai tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat di terima, tingkah laku etis dan tidak etis, dan cara-cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku yang dapat diterima dan etis kepada remaja.
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
Teori Psikoanalisis tentang perkembangan moral menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek social yang berisikan system nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan "benar" atau "salahnya" sesuatu.
Hal penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral sesorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawabdari perbuatan-perbuatannya.
B.   Perkembangan Keagamaan Remaja.

Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran agamanya berkenaan dengan hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan penting dalam menentukan konsepsinya tentang apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia.
Agama, seperti yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu sistem tentang keyakinan-keyakinan, sikap-sikap danpraktek-praktek yang kita anut, pada umumnya berpusat sekitar pemujaan.
Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang menjadi urusan terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan orang, agama merupakan jawaban terhadap kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang harapan-harapannya.
Dari sudut pandangan social, seseorang berusaha melalui agamanya untuk memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain, mencapai komitmen yang ia pegang bersama dengan orang lain dalam ketaatan yang umum terhadapnya.bagi kebanyakan orang, agama merupakan dasar terhadap falsafah hidupnya.
Penemuan lain menunjukkan, bahwa sekalipun pada masa remaja banyak mempertanyakan kepercayaan-kepercayaan keagamaan mereka, namun pada akhirnya kembali lagi kepada kepercayaan tersebut. Banyak orang yang pada usia dua puluhan dan awal tiga puluhan, tatkala mereka sudah menjadi orang tua, kembali melakukan praktek-praktek yang sebelumnya mereka abaikan (Bossard dan Boll, 1943).
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaiman dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bias memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada diawan, maka pada masa remajamereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuann dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Sehubungan dengan pengaruh perekembangan kognitif terhadap perkembangan agama selama masa remaja ini.
Dalam suatu studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan pemahaman agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang teori perkembangan kognitif Piaget, ditemukan bahwa perkembangan pemahaman agama remaja berada pada tahap 3, yaitu formal operational religious thought, di mana remaja memperlihatkann pemahaman agama yang lebih abstrak dan hipotesis. Peneliti lain juga menemukan perubahan perkembangan yang sama, pada anak-anak dan remaja. Oser & Gmunder, 1991 (dalam Santrock, 1998) misalnya menemukan bahwa remaja usia sekitar 17 atau 18 tahun makin meningkat ulasannya tentang kebebasan, pemahaman, dan pengharapan konsep-konsep abstrak ketika membuat pertimbangan tentang agama.
Apa yang dikemukakan tentang perkembangan dalam masa remaja ini hanya merupakan cirri-ciri pokoknya saja.
James Fowler (1976) mengajukan pandangan lain dalam perkembangan konsep religius. Indiduating-reflexive faith adalah tahap yang dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya.
Salah satu area dari pengaruh agama terhadap perkembangan remaja adalah kegiatan seksual. Walaupun keanakaragaman dan perubahan dalam pengajaran menyulitkan kita untuk menentukan karakteristik doktrin keagamaan, tetapi sebagian besar agama tidak mendukung seks pranikah.
Oleh karena itu, tingkat keterlibatan remaja dalam organisai keagamaan mungkin lebih penting dari pada sekedar keanggotaan mereka dalam menentukan sikap dan tingkah laku seks pranikah mereka. Remaja yang sering menghadiri ibadat keagamaan dapat mendengarkan pesan-pesan untuk menjauhkan diri dari seks.
Remaja masa kini menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama berperan penting dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan dengan membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi tempat ibadah dan mengikuti berbagai upacara agama.
Sejalan dengan perkembangan kesadaran moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan, yang erat hubungannya dengan perkembangan intelektual disamping emosional dan volisional (konatif) mengalami perkembangan.
Para ahli umumnya (Zakiah Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga tahapan yang secara kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda. Adapun penghayatan keagamaan remaja adalah sebagai berikut:
1). Masa awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan sebagai berikut:
a) Sikap negative (meskipun tidak selalu terang-terangan) disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara hipocrit (pura-pura) yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu selaras dengan perbuatannya.
b) Pandangan dalam hal ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau aliran paham banyak yang tidak cocok atau bertentangan satu sama lain.
c) Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic(diliputi kewas-wasan) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan kepatuhan.
2).     Masa remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikut ini:
     a) Sikap kembali, pada umumnya, kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual, bahkan agama dapat menjadi pegangan hidupnya menjelanh dewasa.
     b)  Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
     c)  Penghayatan rohaniahnya kembali tenanh setelah melalui proses identifikasi dan merindu puja ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran dan manusia penganutnya, yang baik shalih) dari yang tidak. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran paham dan jenis keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya diterima sebagai kenyataan yang hidup didunia ini.
Menurut Wagner (1970) banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosial dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya secara begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin manjadi agnostik atau atheis, melainkan karena ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.





BAB III
KESIMPULAN
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1. Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
     2.  Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3. Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.





DAFTAR PUSTAKA
     ·      Santrock, John W. 2003. Adolescence 6th Edition. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama
     ·      Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

jual berbagai macam sepatu





bismillah... ngiring promosi ah.. :) buat yg butuh separu atau sandal baik buat laki laki ataupun perempuan tua ataupun muda, buat anak anak juga ada, tas sama jaket juga ada... buat sekolah, kuliah, kerja, tour, jalan jala, mengendarai motor, buat naik gunung, buat olahraga, dan lain lain. insyaallah bagus bagus ini contoh kecilnya.. harga bisa d kasih tau saat milih milih barangnya, dan ini di keridit selama 2bulan ada banyak macam sepatu atau sandal dari bahan kulit dan lain lain.. buat yang menginginkan/ berminat dengan barang barang ini bisa inbok dulu ke aku tar d kasih nomr telpon.... di share ya,..... :)

MAKALAH TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL DAN AFEKSI ANAK



MAKALAH TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL DAN AFEKSI ANAK

Diajukan untuk presentasi perkembangan dan bimbingan peserta didik


Disusun oleh :
Fahru Rozi A
Anisa Asyfah
Sopariah

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN ISLAM GARUT 2013







KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah pengembang peserta dididk.
Dalam menulis makalah diperlukan Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta memerlukan sebuah kevalidasian informasi. Karena makalah itu sendiri akan menjadi sumber ilmu dan rujukan banyak orang dalam menulis. Untuk menjadi guru Sekolah Dasar (SD) yang profesional, penulis harus menguasi dasar-dasar pengetahuan baik pengetahuan pada materi yang akan diajarkan maupun pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan berdasarkan karakteristik peserta didik, termasuk pula pada pengetahuan pembentukkan sikap anak yang menjadi titik fokus penulis.
Yang akan menjadi titik fokus utama penulis dalam menyusun, meneliti, mengkaji, serta memahami materi-meteri yang penulis persembahkan dalam makalah ini ialah mengenai ” Strategi Pembelajaran Afektif Pada Anak Sekolah Dasar”, meskipun di dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami kesulitan-kesulitan yang cukup signifikan.
Salah satu tujuan penulis menyusun makalah ini ialah dalam rangka penyelesaian tugas yang diberikan oleh dosen penulis. Penulis berharap bisa mendapatkan nilai terbaik dari dosen penulis dalam penilaian makalah ini. Walaupun penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan dan jauh dari kesempurnaan.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih kepada bapak Afip pismansyah selaku dosen perkembangan dan bimbingan peserta didik.  yang . Dan terimakasih pula kepada orangtua penulis yang telah memotivasi dan membiayai penulis dalam penyusunan makalah ini.


Daftar isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah.................................................................... 5    
B.    Rumusan masalah............................................................................. 5
C.    Tujuan penulisan.............................................................................. 6
D.    Sistematika Penulisan....................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
      1. PEREKEMBANGAN SOSIAL ANAK.......................................... 7
A.   Makna Perkembangan Sosial Anak.............................................. 7
B.   Bentuk – Bentuk Tingkah laku Sosial........................................... 7
     2. TENTANG EMOSI  DAN AFEKSI................................................. 11
A.   Pengertian Emosi dan Afeksi....................................................... 11
B.   Karakteristik Perkembangan emosi.............................................. 12
C.   Hubungan dan pengaruh antara emosi dan tingkah laku............. 12
D.   Peranan Guru dalam Mengembangkan Emosi Afeksi Anak Usia Dini 13

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa : suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).

B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah ini adalah :
1. Apa makna perkembangan sosial anak ?
2. Bagaimana bentuk – bentuk tingkah laku sosial pada anak ?
3. Apa maksud dan pengetian dari afeksi.?
4. Bagaimana hubungan dan pengaruh antara emosi dan tingkah laku.?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna perkembangan sosial dan afeksi anak ; mengetahui bentuk-bentuk perkembangan social, anakmaksud dari afeksi, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak dan mengetahui bagian bagian afeksi.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu Pertama: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masala dan sistimatika uraian. Kedua: Isi atau bagian teori dan hasil meliputi ; makna perkembangan sosial anak, bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ; faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak maksud dari afeksi dan sedikit pembahasan tentang afeksi emosi ; ketiga: kesimpulan; kemudian daftar pustaka.


BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PEREKEMBANGAN SOSIAL ANAK
A.   Makna Perkembangan Sosial Anak
           Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
    Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.

B. Bentuk – Bentuk Tingkah laku Sosial
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi sosial diantarannya :
1. Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
2. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
3. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik
6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.

8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya
9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.



II.2 Tentang emosi dan afeksi
A.   Pengertian Emosi dan Afeksi
  Emosi adalah keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri individu yang disasari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan.
Menurut Erna Wulan Syaodih (2005: 46);
Emosi adalah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk  mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.
Pada dasarnya prinsip emosi meliputi takut, gelisah, marah, sedih, senang/gembira, manfaat emosi dalam kehidupan yaitu emosi memperkaya kehidupan, emosi sebagai dasar kebutuhan seni, emosi memberi tenaga tambahan, emosi memacu untuk  berbuat baik, emos merupakan obat, emosi merupakan alat informasi.
Afeksi adalah menyangkut tentang perasaan terhadap seluruh objek pada suatu sikap, emosi dan perilaku. Afeksi terbagi atas 2 yaitu:
1.     Afeksi positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma yang berlaku dimana individu  itu berada.
2.     Afeksi negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, penolakan atau tidak menyetujui suatu objek dimana individu itu berada.
B.   Karakteristik Perkembangan emosi
Meningginya emosi terutama karena anak (laki-laki ataupun perempuan) berada di bawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk  menghadapi keadaan-keadaan itu.
Jenis emosi yang secara normal di alami adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas cemburu, sedih dan lain-lain.
Hal ini dapat terlihat jelas bahwa banyaknya karakteristik pada perkembangan emosi, tetapi karakter-karakter itu dapat terlihat sangat jelas dan nampak ketika anak mempunyai suatu masalah/konflik emosi akan muncul dari tatapan wajahnya.
C.   Hubungan dan pengaruh antara emosi dan tingkah laku
Hubungan antara emosi dan tingkah laku itu sangat dekat. Dimana gangguan emosi itu merupakan penyebab tingkah laku dari kesulitan berbicara tertentu, telah diketemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seseorang gagap seringkali relatif dapat normal dalam berbicara, apabila mereka dalam keadaan relaks atau senang.
Setiap takut, malu-malu atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi-situasi tertentu.
Pengaruh antara  emosi dan tingkah laku dapat terjadi dimana rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak/berdenyut, derasnya aliran darah/tekanan darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama pemunculan  emosi.
D.   Peranan Guru dalam Mengembangkan Emosi Afeksi Anak Usia Dini
Dalam kaitannya dengan emosi yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsiten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan anak seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Guru-guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar  dengan jalan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan atau tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani.
Dalam mengembangkan emosi afeksi anak guru mempunyai peranan yaitu guru memberikan acuan motivasi kepada anak dengan bentuk cara apa saja yang dapat meringatkan emosional anak yang sedang terjadi, sehingga dengan adanya motivasi yang diberikan emosi itu dapat berkurang.

BAB III
KESIMPULAN
     Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.Perkembangan sosial individu dimulai sejak anak usia 18 bulan.
Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi perkembangan sosial anak, semakin bagus tata cara keluarga, maka perkembangan sosial anak juga semakin bagus.
Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang mempunyai daya intelegensi yang tinggi, perkembangan sosial yang baik pada umumnya memiliki kepribadian yang baik.
 Afeksi adalah menyangkut tentang perasaan terhadap seluruh objek pada suatu sikap, emosi dan perilaku.
 Afeksi terbagi atas 2 yaitu:
1.     Afeksi positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma yang berlaku dimana individu  itu berada.
2.     Afeksi negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, penolakan atau tidak menyetujui suatu objek dimana individu itu berada.
 Menurut Erna Wulan Syaodih (2005: 46); >       Emosi adalah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk  mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Dan Jenis emosi yang secara normal di alami adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas cemburu, sedih dan lain-lain.



DAFTAR KEPUSTAKAAN
Cahyani Ani. Mubin, Psikologi perkembangan; cet I (Quantum Teaching, Ciputat Press Group, 2006).
Hurlock B Elizabeth, Developmental Psikologi; Mc Grow Hill, Inc, 1980, Alih Bahasa, Istiwidayanti dan suedjarwo, Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga, tt.
LN Yusuf Syamsu; Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurihsan Juntika, 2007, Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta didik , Bandung; Sekolah Pasca Sarjana (UPI)
Santrock, John W, Life-Span Development, WM, C Brown Comunication, Inc, 1995, Alih bahasa Achmad Chusairi, S.PSI, Perkembangan Masa Hidup Jilid I, Jakarta, Erlangga, 2002